Gambar: Ar Property |
Kekuatan pengetahuan menyelesaikan setengah permasalahan sisanya ada pada keberanian. pernyataan diatas tidak semerta-merta kata mutiara, ditengah masa post-truth dewasa ini semakin terbuka bahwa kehidupan bernegara tidak se-demokratis yang dibayangkan. Kekerasan dan Pembungkaman tak jarang terdengar bahkan dirasakan oleh jurnalis, bukankan kita paham bahwa pilar demokrasi Indonesia terdiri dari Trias Politica (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif) dan tidak hanya itu Jurnalisme juga menjadi Faktor utama di tengah perkembangan era Digitalisasi.
Kenyataan terkadang memang pahit, dalam keheningan beberapa orang merasa takut meneriakkan bahwa memenuhi sandang pangan begitu sulit, dalam hal lain beberapa mahasiswa mengubur dalam-dalam kerasahan-kritik karena membahayakan, dan anehnya orang hoby mengoleksi bendera anime pun di larang karena disebut makar. beberapa study kasus barusan memang terdengar biasa saja, akan tetapi jikalau orang lapar sudah pada tahap takut meneriakkan kesulitan mendapat kebutuhan pokok berarti yang salah bukan individunya tetapi sistem. saya tahu mungkin akan terkesan klasik tetapi faktanya kita selalu gagal mengeksekusi persoalan klasik, kebiasaan pemangku kebijakan tak jauh dari program mercusuar yang tak relevan dan melupakan pondasi kehidupan dan ketahanan SDM. Jauh Tungku dari api.
Bekerja itu ada seninya, tumpuannya adalah prioritas, pemahaman inilah yang mesti di suguhkan terus-menerus pada pemerintah kita. jarang saya menulis tentang kerja pemerintah sebab saya lebih tertarik pada human development, Kritis Konstruktif , and Resousce Infrastruktur. hanya saja kondisi sekarang tidak biasa, kesewenangan, arogansi, dan kedunguan bertebaran di tengah publik. menjalankan pemerintahan semata milik negara dan pemerintah saja bukankah itu lucu sekali. pemerintah yang baik paham tugas dan fungsi, mengerti dinamika (persoalan publik), adaptif komunikasi publik, dan Cerdas. sayang sekali fakta lapang menunjukkan sebaliknya walaupun beberapa masih dalam kewarasan.
Kejadian akhir-akhir ini membosankan, sepertinya perlu bagi Bapak presiden melakukan evaluasi supaya keadaan berbangsa dan bernegara pada titik dinamika yang sehat. mungkin agenda Retret terlalu singkat sehingga baiknya diperpanjang agar aktor pelaksana pemerintahan lebih mendalami dan reflektif menjawab tantangan masalah yang dihadapi. kita tidak ingin letupan amarah rakyat semakin membesar seiring waktu, demokrasi memang penuh dengan kebisingan tetapi terlalu bising juga tak baik, stabilitas pada dasarnya menekankan keseimbangan rasioal.
Harapan saya semakin dekat pada tujuan, masyarakat kita dari setiap lapisan telah sadar dan partisipatif membicarakan isu-isu kehidupan sehari-hari, baik dari politik, pendidikan, ekonomi, lingkungan dan dari skala regional maupun nasional. kedepan kita ingin aliran demokrasi yang kita laksanakan bersifat elastis bukan kaku seperti sebelum-sebelumnya.
0 Comments