![]() |
Gambar: Ilustration Artistik |
Bacharuddin Jusuf Habibie atau lebih dikenal sebagai B.J. Habibie adalah sosok ilmuwan dan politikus yang memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia. Selain dikenal sebagai Presiden ketiga Republik Indonesia, ia juga dihormati sebagai Bapak Teknologi Nasional berkat kontribusinya dalam dunia dirgantara. Artikel ini akan membahas perjalanan hidup, kepemimpinan, serta warisan yang ditinggalkan oleh B.J. Habibie.
Kehidupan Awal dan Pendidikan
B.J. Habibie lahir pada 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan. Ia adalah anak keempat dari delapan bersaudara, putra dari Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Sejak kecil, Habibie sudah menunjukkan kecerdasan luar biasa, terutama dalam bidang sains dan teknologi.
Setelah menyelesaikan sekolah dasar dan menengahnya di Makassar dan Bandung, Habibie melanjutkan pendidikannya ke Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule Aachen, Jerman, untuk belajar teknik penerbangan dengan spesialisasi konstruksi pesawat terbang. Ia berhasil menyelesaikan studinya dengan gelar diploma teknik dan kemudian meraih gelar doktor dalam bidang aerodinamika konstruksi.
Karier di Dunia Dirgantara
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Habibie bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB), sebuah perusahaan penerbangan terkemuka di Jerman. Ia berperan penting dalam pengembangan pesawat canggih dan menjadi salah satu insinyur terkemuka dalam industri penerbangan dunia.
Pada tahun 1974, Presiden Soeharto memanggilnya kembali ke Indonesia untuk membantu mengembangkan industri teknologi dalam negeri. Habibie kemudian diangkat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) dan mulai membangun industri strategis nasional, termasuk PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) (sekarang PT. Dirgantara Indonesia). Salah satu pencapaiannya adalah pengembangan pesawat N-250 Gatotkaca, pesawat turboprop pertama yang dirancang dan diproduksi oleh Indonesia.
Menjadi Wakil Presiden dan Presiden Indonesia
Pada tahun 1998, di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia, Habibie diangkat sebagai Wakil Presiden mendampingi Soeharto. Namun, tidak lama kemudian, gelombang reformasi menuntut perubahan kepemimpinan. Pada 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri, dan Habibie otomatis menjadi Presiden Republik Indonesia ke-3.
Masa kepemimpinan Habibie (1998-1999) tergolong singkat, hanya sekitar 1,5 tahun. Namun, dalam waktu yang singkat tersebut, ia berhasil melakukan berbagai reformasi, di antaranya:
✅ Menciptakan Stabilitas Ekonomi: Ia berhasil menstabilkan ekonomi Indonesia pasca-krisis moneter dengan memperbaiki nilai tukar rupiah yang sempat anjlok drastis.
✅ Kebebasan Pers: Habibie menghapuskan kontrol ketat terhadap media, memberikan kebebasan bagi pers untuk mengkritik pemerintah secara terbuka.
✅ Demokratisasi: Ia membuka jalan bagi sistem demokrasi yang lebih transparan, termasuk pemilihan umum yang lebih bebas dan adil.
✅ Referendum Timor Timur: Salah satu keputusan bersejarahnya adalah memberikan opsi referendum bagi Timor Timur, yang akhirnya memilih merdeka dari Indonesia pada tahun 1999.
Akhir Masa Kepresidenan
Pada Sidang Umum MPR tahun 1999, pertanggungjawaban Habibie tidak diterima oleh MPR, yang membuatnya mengundurkan diri dari pencalonan sebagai presiden. Posisinya kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) melalui pemilihan di MPR.
Setelah tidak lagi menjabat sebagai presiden, Habibie lebih banyak menghabiskan waktunya di Jerman bersama keluarganya. Ia tetap aktif dalam dunia teknologi dan pendidikan, serta mendirikan The Habibie Center, sebuah lembaga penelitian yang fokus pada demokrasi dan kebijakan publik.
Kehidupan Pribadi dan Warisan
Salah satu aspek kehidupan Habibie yang paling dikenal adalah kisah cintanya dengan Hasri Ainun Besari. Mereka menikah pada tahun 1962 dan memiliki hubungan yang sangat harmonis hingga Ainun meninggal dunia pada 2010. Kisah cinta mereka diabadikan dalam film Habibie & Ainun, yang menginspirasi banyak orang.
Habibie meninggal dunia pada 11 September 2019 di Jakarta dalam usia 83 tahun. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, berdampingan dengan Ainun.
Kesimpulan
B.J. Habibie adalah tokoh yang berperan besar dalam dunia teknologi dan politik Indonesia. Sebagai ilmuwan, ia membawa kemajuan bagi industri penerbangan nasional. Sebagai presiden, ia melakukan reformasi besar dalam sistem demokrasi Indonesia.
Warisan Habibie tidak hanya berupa teknologi dan kebijakan, tetapi juga semangat pantang menyerah dalam mengejar impian. Sebagai generasi penerus, kita dapat mengambil inspirasi dari kerja keras, kecerdasan, dan dedikasinya untuk Indonesia
0 Comments