paradoks umpama aksioma yang kerap akan terus kamu temui disetiap perjalananmu, ia tidak hanya dirasakan oleh orang tertentu atau kelas tertentu, dinamisasi dinamika akan membentuk patern dimana kamu berada, pada akhirnya semua tingkah laku akan ditentukan dengan standar tertentu, di sisi lain itu menjadi paradigma yang tertanam pada setiap orang di dalamnya.
salah satu contoh, terdapat satu circle pertemanan dimana mereka memiliki patern A, sebelumnya perlu kemudian di ketahui bahwa bisa saja itu bersifat alamiah, tak pernah terpikirkan oleh mereka, wajar terjadi karena sejatinya soal seperti ini mengalir terbentuk oleh waktu atau mungkin sebaliknya. kembali pada topik, ada orang baru masuk di lingkaran circle tadi, pada akhirnya ia akan melalui proses adaptasi, membiasakan diri untuk menerima dan menyesuaikan diri pada gaya pertemanan dan moral mereka walaupun tidak tertulis.
saat seperti ini ada beberapa diskusi yang melibatkan beberapa hal, dari kacamata sosiologi siapa yang akan menjadi dominator, mampukan seorang diri tadi merubah patern yang telah terbentuk lama? pada umumnya seperti analisis james scot bahwa pola ini ditentukan oleh mayoritas massa, yang lebih banyaklah yang akan mengubah paradigma.
Namun, pada pendekatan developmentalis satu orang bisa saja menjadi agen untuk merubahnya, tetapi dibutuhkan satu pendekatan persuasif dan hal seperti ini membutuhkan waktu yang cukup panjang, bagaimana tidak karena pernah terjadi hal yang sama dahulu, katakanlah dakwah Rasulullah, kala itu juga sendiri membawa satu konsep kehidupan yang bertentangan dengan kondisi saat itu. bila merenungi gerakan saat ini tentu hampir rasanya tidak mungkin, tetapi betapun itu jauh dari nalar tetap saja akhirnya Rasullulah berhasil, kala itu arab jahilyahlah yang menjadi fokus dakwah, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana patern itu terbentuk pada kelompok dengan pengetahuan di atas rata-rata dalam arti yang lebih kongkrit adalah orang-orang yang mengenyam pendidikan?
0 Comments