Mengenal Tokoh "Biografi Buya Hamka"

 

Gambar: Ilustrasi Aristik

Buya Hamka, yang memiliki nama lengkap Haji Abdul Malik Karim Amrullah, adalah seorang ulama, sastrawan, dan pemikir besar Indonesia yang lahir pada 17 Februari 1908 di Maninjau, Sumatra Barat. Ia merupakan salah satu tokoh yang sangat dihormati dalam dunia Islam di Indonesia, serta seorang penulis produktif yang karya-karyanya masih dikenang hingga kini.

Masa Kecil dan Pendidikan

Buya Hamka adalah putra dari Dr. Haji Abdul Karim Amrullah, seorang ulama terkemuka di Minangkabau yang memperkenalkan pembaruan Islam di daerah tersebut. Buya Hamka tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan nuansa keagamaan. Ia memulai pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Maninjau dan melanjutkan pendidikan agamanya di Thawalib, Padang Panjang, sebuah sekolah Islam modern pada masanya.

Namun, jiwa Buya Hamka yang kritis dan independen membuatnya merasa kurang puas dengan pendidikan formal. Ia memutuskan untuk belajar secara otodidak, membaca berbagai buku tentang filsafat, sastra, sejarah, dan ilmu agama. Pada usia 16 tahun, ia melakukan perjalanan ke Jawa untuk belajar dari tokoh-tokoh pergerakan Islam dan mengembangkan wawasan intelektualnya.

Perjalanan Karier

Buya Hamka memulai kariernya sebagai penulis dan jurnalis. Pada tahun 1928, ia menerbitkan tulisan pertamanya dalam surat kabar "Pembela Islam." Kemudian, ia menjadi redaktur beberapa majalah dan surat kabar, seperti "Pedoman Masyarakat" dan "Panji Masyarakat," yang menjadi media penting dalam penyebaran gagasan-gagasan Islam.

Sebagai sastrawan, Buya Hamka dikenal melalui karya-karya novelnya yang sarat nilai moral dan keislaman, seperti Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938) dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (1939). Karya-karyanya tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di Malaysia, Singapura, dan Brunei.

Dalam bidang keagamaan, Buya Hamka adalah seorang ulama yang produktif. Ia menulis tafsir Al-Qur'an monumental, yaitu Tafsir Al-Azhar, yang hingga kini menjadi salah satu rujukan penting di dunia Islam. Selain itu, ia aktif dalam organisasi Muhammadiyah dan pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama pada tahun 1975.

Perjuangan dan Pengabdian

Sepanjang hidupnya, Buya Hamka menghadapi berbagai tantangan, termasuk ketika ia dipenjara selama dua tahun oleh pemerintah Orde Lama atas tuduhan yang tidak terbukti. Namun, ia tetap teguh dan menjadikan pengalaman tersebut sebagai bagian dari perjuangannya.

Buya Hamka adalah sosok yang mengabdikan dirinya untuk dakwah, pendidikan, dan pembangunan moral bangsa. Ia dikenal sebagai tokoh yang memiliki pandangan luas dan toleran terhadap perbedaan.

Wafat dan Warisan

Buya Hamka wafat pada 24 Juli 1981 di Jakarta. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi bangsa Indonesia. Namun, warisannya terus hidup melalui karya-karya tulisnya, pemikirannya, dan teladan hidupnya.

Buya Hamka adalah simbol intelektualitas, keberanian, dan pengabdian kepada agama dan bangsa. Namanya akan selalu dikenang sebagai salah satu tokoh besar yang memberikan kontribusi luar biasa bagi kemajuan Islam dan Indonesia


Post a Comment

0 Comments