Dari Desa Ke Kota


lengkap sudah apa yang di nanti oleh orang cina. bangsa ini menjadi konsumtif bahkan saat bertemu dengan tokoh pergerakan kapan lalu ia mengatakan bangsa ini kerjanya cuma dua, pertama bekerja dan kedua menjadi komsumtif. 

ketakutan saya dulu telah terjadi, bangsa yang terdidik dengan budaya gotong royong saling membantu perlahan menjadi apatis, satu hal saya kira perlu untuk di ketahui bahwa bangsa ini mandiri tak pernah menuntut banyak hal. bekerja pun dilalui karena supaya bisa hidup sekarang beda lagi kita dijajah untuk bekerja, bekerja dan bekerja. hidup untuk berkerja.

ingat sekali kehidupan di desa sewaktu dengan teman-teman bisa ngopi di warung ngopi harga murah boleh pula ngutang. kerja tidak setiap hari, pekerjaan tidak pernah menjadi masalah besar dalam benak kita selain hanya karena untuk menghidupi semata bukan sebaliknya.

lama sekali saya terpikir kalau nanti manusia indonesia ini akan berubah drastis, tentu saja perubahan adalah satu kepastian yang tidak bisa di tolak kalaupun ingin kita harus tertutup dengan manusia diseluruh bumi ini. 

perubahan nyata itu telah tiba, perlahan kita saling curiga berlebihan antar kita, saling iri dan berburuk sangka, terlebih pintu rumah mulai ditutup antar tetangga, tak pernah saya temui dulu, bagi kehidupan didesa antar rumah tiap tetangga terbuka lebar, membuktikan kalau hidup di desa itu tentram dan saling percaya, saat ini mulai perlahan bergeser. keiasaan kota mulai meramba kampung ku, setiap orang mulai tertutup dengan bahasa propaganda eropa dengan dalih privasi, keamanan, etiket, dan lainnya.

biasa sekali dulu anak-anak makan bergantian di rumah teman, menghabiskan waktu di rumah teman, seorang ibu mengerti dan takkan melarang anaknya, sekarang tradisi itu mulai sirna tak ada yang salah sepenuhnya karena itulah sejatinya perubahan. ia alamiah terjadi, transmigrasi budaya antar manusia itu selalu saling mempengaruhi. sehingga ia akan terpusat pada kekuatan dominasi dan kekuatan pengaruh.

aku rindu tempat dimana aku lahir dan dibesarkan. mengenal banyak orang bukan karena latar belakang kepunyaan. di selatan sumatra padang lawas utara banyak membuat aku mengerti tentang kehidupan saling mengasihi. benar kalau aku tumbuh secara pengetahuan di luar kota 6 tahun di medan dan berikutnya di pulau jawa, namun intervensi secara moril pada dasarnya ada pada ajaran-ajaran selama saya di kampung. 

tidak ada yang lebih indah di kota orang ini selain dari bangunan megah dan akses yang lebih cepat. semua bagi saya sama saja, Desa ku hanya tidak sentral di daerah ibukota. kalau saja ibu kota tetap di Bukit Tinggi Sumatra Barat seperti tahun 1948 mungkin Kampungku penuh transmigran dalam negri maupun luar negri, lebih jauh masyarakat disini akan lebih maju secara akses dan pencapaian.

menjadi konsumtif tidak salah menjadi pekerja keras begitupula, yang salah hanya ketika nilai sosial hilang dari diri kita bangsa yang berbudaya dan pendirian. hilang rasa harmoni di antara kita hanya karena impack dari kebaharuan sosial yang tidak kita seimbangkan dengan norma bersosial kita, sungguh itulah yang menghilangkan karakter khas bangsa ini. setiap orang akan liberal pada waktunya berfikir indivdual begitupun bertindak, sama sekali kita tidak ingin itu sama sekali!

selama aku hidup lama di pulau jawa  khusunya kota malang ini aku tidak melihat keunggulan signifikan dari kehidupan di kampung. sehingga aku mengatakan dimanapun kalau masalah kita hanya pada akses dan keterbatasan informasi, selebihnya tidak ada sungguh aku katakan tidak ada!!!

bagi teman-temanku sedarah dan setanah air jangan sampai hilang tradisi dan budaya yang amat indah di kampung kita budaya konsumtif dan pekerja jangan sampai membuat kita menjadi lupa hidup saling mengasihi dan bergotong royong, ini tidak lebih dari propaganda yang menginginkan keseragaman kehidupan di dunia ini. 

Keistimewaan apalagi yang tersisa jika hendak semua masuk pada hegemoni saat ini, Terlebih kampungku sendiri, dan kawan sejawat dengan pendidikan mentereng di luar negri tidak usah luar negrikan kampung kita itu, jika kau dari amerika tidak usah membandingkannya atau berupaya mengubahnya bak los Angeles, kalau kau sekolah di arab tidak usah ubah islam kita menjadi islam arab biar mekar budaya sedari dulu yang ada toh islam kita unik islam yang berbeda bukan turunan arab. 

demikianlah, tentang bagaiamana aku meyampaikan dari perubahan antropologi saat ini dari masyarakat sosial bergotomg royong menjadi masyakaat konsumtif, berkerja bagai mesin, dan individualis lalu merambah ke tradisi desa di seluruh sudut negara ini mari kita lihat dari sudut pandang konstruktif depelovmentalis bukan disktruktif aktif. 

Post a Comment

0 Comments