Secarik Bogor dan Jakarta


    
Bogor itu kota hujan, kata mereka. Secara geografis dan kenyataanya memang benar dan aku juga merasakannya setelah sampai disana. hujan di Bogor itu sungguh membingungkan, sering sekali hujan turun hanya pada satu lokasi terbatas, percaya tidak percaya terkadang hujan turun hanya sepetak awan di langit hingga tak heran kalau terlihat jalan tergambar sepetak basah. 

    Selain itu, Kota Bogor juga sejuk, di kelilingi rimbunnya hutan primer dan sekunder, banyak hal menarik di Kota Bogor, tak cukup rasanya menafsirkan Bogor hanya dalam 2 hari, terlalu gegabah' tak elok bila aku tafsirkan tanpa dasar. Namun, perjalanan ku disana penuh dengan makna yang kemudian membuat aku harus berfkir beberapa kali tentang menariknya berdiam diri di Kota ini, terlebih dekat dengan pusat Ibukota Jakarta. Akses dan infomasi tentu muaranya masih tersampaikan disana, tak heran juga bahwa banyak orang yang bekerja Pulang balik Bogor-Jakarta, lagi-lagi menilik dari segi transportasi sudah terintegrasi, hanya menaiki KRL semua orang bisa lalu lalang dengan mudah, barangkali itulah Privillage di Kota yang diakui kelengkapan infrastrukturnya. Bahwa ditanya' mungkinkah di Gunung Tua itu ada suatu saat? rasa-rasanya sulit dibayangkan, Desa yang jauh di Selatan belum memungkinkan untuk itu, kereta api saja tak ada, bagaimana pula membangun KRL (Kereta Rel Listrik). Listrik saja masih sering padam, tetapi dari segi kajian aku kira memang membutuhkan waktu yang lama dan bukan maksud melawan kuasa Tuhan dan intervensi kuasa.

    Begitu banyak pelajaran yang aku dapatkan, ternyata orang di Kota itu seperti robot yang tak ada lelahnya, bekerja sana-sini, jarang aku melihat interaksi antar Manusia baik di dalam Rel, Bus, maupun transportasi lainnya. aku melihat kota yang sesungguhnya, aku mengartikannya bukan bermaksud negatif tetapi ini membuktikan bahwa orang di Bogor-Jakarta itu penuh dengan ambisi dan tujuan, begitulah baiknya dan sejatinya kita sebagai manusia, urbanisasi itu nyata, banyak yang merantau untuk menghidupi keluarga mereka atau orang yang mengadu nasib di Bogor-Ibukota, bukan hal yang baru memang, tetapi setidaknya aku sudah melihatnya langsung walau sudah mendengar dan membacanya dari buku-buku dan diskusi-diskusi di Malang. 

    Aku menuliskan dalam Note tertempel di dinding ku, bahwa Jakarta itu umpama gelanggang sabung ayam, kalibernya internasional' setiap orang hebat dari daerah-daerah berdatangan silih berganti, berkompetisi di JKT' dari Luar negeri sekalipun. beradu nasib dengan kapasitas dan daya saing yang sangat tinggi, sebab kalau tidak ia akan pulang terpinggir dengan sendirinya, ada rotasi yang alamiah semacam ekosistem rantai makanan, sehingga kalau tak punya power ia akan hilang ditelan waktu. itulah Kota Jakarta-Bogor bagiku setidaknya beberapa hari disana.

Sekian Semoga bermakna...
 
Link Diskon Barang Eiger : https://atid.me/005ff6002gzy
  

Post a Comment

0 Comments