Vidio ini menunjukkan kalau membuat tugas akhir itu ternyata tak sulit, amat sangat mudah. hanya saja kemalasan sering lebih cepat daripada keinginan untuk menyelesaikannya, beberapa hipotesis saya tarik.
kesimpulannya = ternyata rasa malas itu datang karena bagi saya skripsi itu tak relevan lagi untuk mendorong nilai kognitif, afektif dan sikomotorik mahasiswa saat ini.
menurut saya, tugas akhir seperti skripsi dihapuskan saja, di uji kembali relevansinya, tak ada dampak signifikan dari hasil penelitian skripsi yang dilakukan mahasiswa terhadap mahasiswanya. Toh ujung-ujungnya dokumen itu di biarkan berabu di gudang dosen, jadi pajangan tak berharga di perpustakaan kampus, dan setelah sampai tenggat waktu akhirnya dijadikan rongsokan juga.
tugas akhir yang bagus itu adalah yang memberikan dampak pada mahasiswanya, memberikan bonafit di-fase selanjutnya ia akan mengejar cita-cita dan harapannya.
skripsi, alih-alih mendatangkan bonafit, faktanya malah jadi bisnis untuk perfotokopian kampus, menambah berkas di ruang dosen, setidaknya namanya tidak mengapa tetap skripsi asal konsep dan pengimplementasiannya yang mesti lebih relistis, bersentuhan langsung dengan keinginan mahasiswa untuk karirnya kelak yang kemudian tidak monoton pada skema penulisan dan template seperti saat ini, bahkan kalau keinginannya tak berkesinambungan dengan jurusannya biarkan saja, toh tak ada salahnya, Sebaiknya Prinsip Kuliah itu dinamis, Memutus Gap di Kehidupan Nyata, Memantaskan Mahasiswa Berkecimpung di dalam Gejolak Masyarakat, Bukan Malah Membuat Gap Baru atau Memperjauh Gap itu.
0 Comments