AlamsyahGautama- Salah satu tema pokok teori kritis adalah tentang kapitalisme. Dalam menguji kapitalisme, para eksponen teori kritis mazhab Frankfurt melampaui perspektif politik- ekonomi marx. Horkheimer, adorno dan Marcuse mengakui bahwa teori politik-ekonomi Marx mempunyai peranan yang signifikan dalam membentuk teori politik dan sosial. Tetapi menurut mereka teori tersebut belum cukup kuat sebagai basis dalam memahami masyarakat kapitalis kontemporer. Mereka sepakat dengan Marks bahwa kapitalisme telah menciptakan internal ekonomi internasional, yaitu adanya konsentrasi kekayaan ekonomi dengan mengorbankan kaum pekerja yang tidak bisa mengkonsumsi komoditas yang mereka hasilkan. Tetapi mereka sadar bahwa kapitalisme telah mengkonsolidasi posisinya dan mengembangkan mekanisme efektif yang dapat mencegah revolusi sosial (Ben Agger, 1992).
Sebaliknya, bentuk kontrol sosial dalam masyarakat industri tidaklah didasarkan pada aspek fisik atau paksaan, tetapi melalui bentuk-bentuk penindasan yang halus dan canggih sehingga orang tidak sadar bahwa mereka tertindas dan tidak beranggapan bahwa kondisi seperti itu abnormal. Situasi seperti ini memungkinkan terjadi karena terdegradasinya pemikiran kritis akibat ekspansi yang masif dari teknologi dan media. Dengan alasan inilah para eksponen mazhab Frankfurt mengalihkan perhatian mereka dari analisa politik ekonomi ke kritik atas penggunaan akal instrumental dalam masyarakat modern (Herbert Marcuse,1964) dalam pandangan mereka penggunaan akal instrumental inilah yang telah menghasilkan budaya industri yang menghalangi perkembangan individu yang otonom dan independen yang mampu menilai dan memutuskan secara sadar bagi diri mereka.
Dari sudut pandang habermas setuju dengan para koleganya bahwa analisis Marx hanya relevan untuk periode masyarakat kapitalis liberal di masanya, tapi tidak cukup kuat dipakai untuk menganalisis masyarakat kapitalis fase lanjut seperti sekarang ini. Dalam masyarakat kapitalis liberal terdapat garis pemisah yang tegas antara negara dan masyarakat. Negara lah yang membuat aturan hukum untuk memastikan bahwa ekonomi pasar bebas dapat berjalan secara benar. Akan tetapi peran negara hanya sebatas membuat aturan, Iya tidak boleh mengintervensi pasar bebas. Pasar bebas sepenuhnya dikontrol oleh sistem kapitalis. Namun sekarang telah terjadi pergeseran dari kapitalisme privat ke kapitalisme negara. Negara dengan ditopang oleh teknologi memainkan peranan yang signifikan. Para kapitalis sekarang ini tidak bisa menjalankan roda bisnis tanpa dukungan negara. Dengan demikian Apa yang disebut dengan pasar bebas itu tinggal menjadi kenangan belaka.
Tujuan campur tangan negara dalam ekonomi sebenarnya dimaksudkan untuk menselaraskan antara pertumbuhan industri kapitalisme dan struktur sosial masyarakat. Sesungguhnya intervensi negara itu bertujuan untuk menstabilkan sistem kapitalis itu sendiri dan mereduksi potensi konflik yang ada. Dengan kata lain campur tangan negara itu bukan rangka membantu mayoritas masyarakat, tetapi untuk memperkuat dan mempertahankan industri-industri besar.
Salah satu dampak utama dari kapitalisme adalah pertumbuhan teknologi yang masif atau yang disebut thedor adorno "the culture industry" lewat teknologi dan media, kapitalisme modern telah berhasil membangun Apa yang disebut Jean Bautrillert "the word of hyper-reality" Iya itu situasi dalam lingkungan dunia media Di mana orang sulit untuk membedakan antara What is the real dan What is not. Orang telah kehilangan kemampuan untuk membuat distingsi antara realitas dan fiksi, realitas dan simulasi, fakta sesungguhnya dan fakta yang didapatkan lewat media. Ini adalah tanda masyarakat telah kehilangan kapasitas kritisnya. Dalam masyarakat konsumtif misalnya orang sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Alasan mengapa orang membeli satu produk atau komoditi tertentu bukanlah didasari atas nilai guna, tapi didasarkan pada nilai tanda yang diiklankan secara masif lewat media massa. Dengan demikian, didasarkan pada prestise bukan berdasar kan atas kebutuhan sesungguhnya.
Budaya industri memberi kontribusi terhadap merosotnya otonomi dan critical reasoning di dalam masyarakat. Orang hanya bisa mengafirmasi dan tidak dapat lari dari kekuatan-kekuatan eksternal yang termanifestasikan dalam sistem ekonomi kapitalis dengan mekanisme kontrolnya. Pada titik ini, masyarakat modern menjadi masyarakat berdimensi tunggal dan menjadi objek kekuatan-kekuatan impersonal. Ini adalah kondisi di mana orang mengalami Apa yang disebut marcuse (1964) dengan "false consciusness," yaitu state of mind yang menerima bentuk masyarakat yang ada sebagai bentuk ideal dan tak terelakkan.
Spirit pembebasan yang diagungkan di masa pencerahan kini tinggal menjadi Legenda. Rasionalitas yang dimaksudkan untuk menguasai alam telah menghasilkan irasional yang berguna untuk mendomestikasi manusia. Konteks ini membantu kita untuk memahami pernyataan adorno dan horkheimer dalam dialektic of enlightenment bahwa "mitos telah kembali menjadi pencerahan, dan pencerahan menjadi mitos." Kapitalisme telah membawa masyarakat dunia ke dalam satu warna, yang cenderung memikirkan suara-suara lokal. Perkawinan kapitalisme dengan globalisasi telah menghasilkan kapitalisme Global yang sekarang ini tidak lagi bertumpu pada ideologi liberalisme, tapi neoliberalisme. Artinya kapitalisme yang berbasiskan pada pasar bebas tidak lagi hanya dipakai dalam konteks untuk mengatur ekonomi sebuah negara, tapi ekonomi global. Kapitalisme Global telah melahirkan ketimpangan global, ada Kutub Utara yang kaya, dominan, dan hegemonik, dan ada Kutub Selatan yang miskin, tergantung, dan powerless.
Di sinilah kapitalisme Global sesungguhnya hanya melahirkan Global Pillage, bukan global village.
Penjelasan di atas semakin diperkuat oleh Mansyur Faqih yang berpendapat bahwa ideologi kapitalisme Global yang sekarang diusung oleh neoliberalisme sebenarnya adalah kelanjutan dari sejarah dominasi dan eksploitasi manusia atas manusia yang lain. Sejarah dominasi dan eksploitasi ini dibagi dalam tiga fase. Fase pertama masa kolonialisasi fisik. Pas ini adalah masa di mana negara-negara kapitalisme melakukan penjajahan secara fisik. Dominasi dan eksploitasi dalam Fase ini dilakukan dalam bentuk penjajahan fisik. Fase kedua masa penjajahan teori dan metodologi. Pada masa ini penjajahan tidak dilakukan secara fisik tapi lebih dengan cara hegemoni melalui teori dan metodologi. artinya sejarah masa depan negara-negara yang baru merdeka diarahkan untuk mengikuti pola tahapan negara maju. Misalnya diperkenalkan teori developmentalisme sebagai basis pembangunan. Fase ketiga masa globalisasi kapitalisme. Ini adalah masa di mana dominasi dan eksploitasi dilakukan secara masif, ekspansif dan mendunia di bawah satu sistem aturan main ekonomi neoliberal.
Dalam kapitalisme Global mayoritas masyarakat manusia tidak lagi menjadi subjek yang otonom dan kritis, tapi telah menjelma menjadi objek di tengah-tengah perubahan sosial. Dengan ideologi kompetisi yang diagungkan, kapitalisme Global hanya akan menghasilkan dua corak manusia : Pemenang dan Pecundang. Takdir pemenang dan pecundang ini pun telah ditetapkan sebelumnya yaitu mereka yang kuat secara ekonomi, politik, teknologi, dan Pendidikan.
0 Comments