AlamsyahGautama- Pertikaian tak berujung merupakan keadaan dimana satu,dua masalah tidak bisa diterima dengan fair, mungkin persoalan ini sering tedapat di lingkup organisasi, sebuah wadah bagi individ-individu dengan tujuan yang sama.
Dewasa ini pertikaian dengan segala sebab musababnya sering tidak menemukan titik terangnya, banyak hal yang tidak selesai dari internal maupaun eksternal satu ke yang lainnya, mirisnya dari pertikaian tersebut bukannya dikonsumsi secara bijak, malah mencederai keberlanjutan harapan organisasi kedepannya, ketidak runtutan pemahaman tentang alur bermain di organisasi menjadi masalah, lucunya tidak hanya itu tapi dengan kompleksitas persoalan tersebut, beberapa orang maupun lembaga yang tidak tahu-menahu akhirnya menjadi korban konflik padahal tidak memiliki kesalahan.
Suatu organisasi memiliki garis struktrul, tentu dinahkodai oleh seorang ketua' ibarat angkot, maka supir adalah pemimpin dengan tujuan menghantarkan penumpangnya dengan selamat ke tujuan yang mereka inginkan, namun yang ingin penulis sampaikan di didalam tulisan ini adalah, melihat dari sudut pandang yang ideal, bahwa suatu pertikaian dalam organisasi merupakan konsekuensi logis, adanya pula sangat penting, disatu sisi membangun konsepsi kritisisme dalam sebuah pemikiran maupun tujuan dengan bemacam strategi dan taktik. sehingga fokusnya adalah tentang kesesuaian normatif yang diterapkan dengan tujuan yang sudah ditentukan.
Maka terebih dari itu tolak ukur lainnya adalah apakah memang metode tersebut linear dengan tujuan yang ditetapkan? atau sebaliknya, artinya yang memiliki kuasa untuk menentukan hal ini adalah ketua organisasi, karena ketua adalah Icon dalam keberlangsungan dan kebaikan organisasi kedepannya, maka jauh dari itu naluri ketua harus diatas rata-rata anggotanya, itulah mengapa insting ketua perlu dalam setiap medan yang dilalui organisasi, apapun itu.
Contoh study kasusnya: sebuah ketua partai memiliki anggota potensial yang akan didelegasikan untuk menjadi presiden, oleh karenanya yang dilakukan ketua partai tersebut adalah membangun komunikasi hingga berkoalisi dengan partai lainnya untuk mendapatkan dukungan, disisi lain tentu dalam komunikasi tersebut pasti ada etika dan moral, atas dasar kepentingan! etika dan moral menjadi keharusan yang harus ditaati, lantas bagaiamana jika sebaiknya? tak taat terhadap aturan secara etis dan moral, maka hal yang buruk akan menimpa.
Ketua partai yang mengusung kadernya pastilah memiliki harapan besar atas sebuah perubahan, kiranya itu hal wajar, tetapi mungkin dari kompleksitas masalah masa lalu, ketegangan komunikasi politik yang belum usai dari sebelum-sebelumnya, bisa juga akan berpengaruh negatif terhadap partai tersebut', namun sebaliknya apabila pertikaian masa lalu tuntas maka yang didapatkan adalah dampak positif yang menguntungkan, penulis kira ini merupakan kalkulasi politik yang mendasar.
Mengutip dari penelitian Pruit dan Rubin hal mendasar dalam membangun infrastruktur politik terdapat 5 poit penting yaitu contending, yielding, problem solving, with drawing, dan inaction. maka ke-5 poin tersebut adalah kunci, namun penulis fokus pada 3 poin diakhir. Problem solving yaitu mampu menyelesaikan persoalan dua belah pihak yang sedang memiki konflik, lalu with drawing yaitu berupaya untuk menjauhi potensi timbulnya konflik yang tidak bermanfaat, kemudian inaction, yaitu adem tentram menunggu hasil dari upaya-upaya dari apa yang telah di perjuangkan, sederhananya bahwa segala sesuatu yang mengarah pada hal-hal yang membuat keretakan dan non benefit sejatinya segera dijauhi untuk mencapai kemenangan bersama, hal ini cukup sederhana tetapi dari setiap lini pemangku banyak yang tidak mengindahkannya, miris bukan!
Tidak hanya itu penelitian diatas diperkuat pula oleh freedman, bahwa tanpa menerapkan 5 infrastruktur politik diatas sebaik apapun strategi dan taktik politik yang dibangun maka akan berujung sia-sia, sebab peraturan main dalam politik tidak hanya berhenti pada administratif yang tertulis, namun sering kali yang fundamental adalah yang tidak ditulis di atas kertas, tetapi berlaku biasa disebut sebagai konvensi.
Oleh karenanya hipotesis secara umum apabila terjadi pertikaian dari 2 belah pihak organisasi atau seperti contohnya partai, maka sebenarnya partai lain yang memiliki harapan demi suatu perubahan ke arah yang lebih baik tetunya akan terdampak naasnya, artinya posisi mereka layaknya menunggu putaran dadu yang tidak jelas hasilnya, tidak lain hanya karena 2 partai yang tak kunjung selesai konfliknya. namun kasihannya lagi adalah calon yang di usung. mereka terpolitisasi oleh persoalan yang ia pun tidak ikut campur didalamnya, tetapi pada akhinya menjadi korban konflik. demikianlah faktanya
Maka hemat penulis tidak ada konflik yang baik jika dikonsumsi larut marut, jika mungkin terjadi konflik dari satu momentum, sejatinya hal itu harus diterima dengan lapang dada dan selesai di momentum itu pula. banyak momentum yang harus di raih dan dimenangkan, terdapat sisi lain yang lebih penting untuk dipertimbangkan, ketua tentu memiliki hak preoregatif dan kebijaksanaan, maka kebijaksanaan itu harus diaktualisasikan yaitu mampu berdamai dengan diri sendiri dan menurunkan tensi emosional atas persoalan yang mungkin menjadi kekecewaan mungkin pernah terjadi dalam suatu momentum.
Seperti yang dikatakan beberapa tokoh pejuang indonesia bahwa perubahan itu membutuhkan waktu dan keikhlasan. sebab untuk mencapai perubahan jalannya adalah perjuangan dan perjuangan itu pahit-tan malaka, maka mari merajut perubahan dan meninggalkan konflik tanpa manfaat, bahkan ketua dengan nalurinya harus rendah hati untuk mencapai tujuan yang lebih substansial, jangan mengorbankan banyak harapan hanya karna persoalan arogansi dan egosentris individu maupun lembaga yang tidak menguntungkan.
Bagi penulis tidak ada keputusan yang sepenuhnya sempurna bagitupula jika seorang ketua rendah hati, tak akan menurunkan wibawanya, sebab dimensi manusia selalu dalam kenisbian dan keterbatasan,
Note: Penulis berharap kapal laut itu tak selalu berangkat dari pelabuhan tanjung perak, surabaya. tetapi kita perlu memulainya dari pelabuhan belawan, sumatra utara.
0 Comments