![]() |
Oleh: C. Haris |
Dalam yang mana palung mariana yang tak mampu ku selami
Dangkal yang mana akal idiot yang tak mampu ku debati
Sebab semuanya tiada guna dan tak temu maksudnya
Khayal-khayal kecil berlari-lari tertatih-tatih
Menggumam sendiri oleh sore yang menjadi tamu
Sapa angin kepada kaki ku yang ramah membuatnya bergoyang
Alas pasir pantai begitu erat pada bokong ku seperti prangko
Sudah waktunya maghrib menjemput sore, namun aku masih saja di sini
Ngelamun dengan wajah kusamku dengan mata yang sayup
Mengenang kisah-kisah kita dulu sampai akhirnya redup
Sesalan masih jadi pertimbangan membuat rusuh pikiran tapi,cukup!
Cukup bertengkar dalam akal yang mencederai hati
Walau masih di sesali.
Sadar namun gila, di gibahi hati sendiri
Bodoh tapi bijak, di beri sabda akal ini
Jujur namun bohong terus berangan-angan
Wooy... kenapa rindu begitu kejam pada ku!
Merasa berdosa aku ini yang sempat menjadikan dia dulu sebagai lentera
Lalu ia menjadi redup kemudian padam yang menjadikan ku tunanetra
Sempat kah aku menjamak semua nya lalu ku buat rangkuman yang isi-isinya tawa,perih,suka dan luka...
Masih musim rambutan di kampungku,tapi tak temu kita yang menjadi musiman di diriku
Manis-manisnya rambutan itu tapi senyum itu yang ku tunggu-tunggu dulu
Lebat pohonnya rindang –rindang yang teduh tapi gigi serimu itu yang candu
Itu duluu.. pasti ada saat pohon itu kering layu, sebab tak lagi di sirami
Dahaga yang lama yang kian tak tertahan akan jumpa namun kenangan yang menjatuh kan air mata
Demikanlah arogannya rindu yang tak mampu di balaskan akan kenangan yang bertubi-tubi
Hampir sekarat aku dibuatnya, begitu bengis padaku rindu itu yang selalu datang untuk menagih
Sampai kapan aku terus dikulum kekejamannya yang seolah tak ada habisnya
Atau menunggu kalo rame lanjur part 2 (dua)
0 Comments