Aku masih percaya kalau rindu bukan tentang jarak, tetapi
panggilan hati’ namun dewasa ini kepercayaanku sedikit tergerus, dilanda
ingatan lentik bola matamu yang menawan, perpaduan suara dan logat bahasamu
yang kian indah, unik tanpa tandingan.
Hujan tak lagi sakti untukku bercerita, sebab malang memberi
warna baru’dinginnya suhu setiap malam menghantarkanku pada kesimpulan, bahwa
mengulas hari-hari kemarin adalah nilai tanpa kalkulasi dan ruang tanpa pentilasi.
Kota malang mempersembahkan alunan angin berirama
sepoi-sepoi, mengendalikan malam dengan 15-18 celcius tak beraturan, meluapkan
panas terik diatas 30 derajat celsius perhari, bukan tanpa sebab didalamnya
terselip pesan-pesan revolusi, bahwa setiap yang datang akan pergi, yang indah
tak kan selamanya indah begitupun buruk tak akan selalu buruk, bahkan hidup pun akan dijemput malaikat Izrail.
Dunia selalu tentang pro dan kontra, benar dan salah, baik dan buruk. itu fakta’ maka antara perkataan dan perbuatan harus sejalan beriringan dik, menempuh dingin menahan rindu, malang ini adalah kota penuh cinta.
raga manusia mungkin menua, begitupula dengan intensitas ingatannya, maka kutuliskan kalimat puitika ini sebagai antisipasi atas kenisbianku, agar kelak kekal dan meninggalkan jejak rekam bilamana esok'
dik' malang ini estetik. sifatnya fluktuatif, kadang membara! kadang mengalir! bahkan berlalu seimbang, malang adalah hakikat perjalanan. Perpaduan Iklim, Budaya, dan kehidupan sosialnya selalu berupa siasat yang misterius.
singkat tulisan ini adalah pernyataan sikap atas kondisi malang yang begitu dingin akhir-akhir ini begitu pula atas pergimu yang tak terduga… jika iklim merupakan pertanda maka kota malang adalah realitas atas kenangan-kenangan yang telah berlalu…
Bhaskar Antasara…
0 Comments