Kasat kusut cara mahasiswa memandang organisasi kampus saat ini berada pada situasi yang memprihatinkan, padahal organisasi merupakan instrument penting selain proses belajar/mengajar di universitas, banyak hal-hal yang tidak didapatkan di kelas dan hanya ditemukan di organisasi, akan tetapi semakin hari minat dan keinginan mahasiswa mengikuti organisasi semakin menurun,
mengutip dari Prof, Jabal Tarik Ibrahim. Seorang
Dosen di Universitas Muhammadiyah Malang bahwa jika ingin meningkatkan rasa
percaya diri maka masuk organisasi didalamnya sikap optimisme dan komitmen
dibentuk begitupula kesiapan kerja setelah lulus nanti,
menelusuri lebih dalam sebab menurunnya peminat
organisasi kampus ternyata terdapat beberapa faktor, seperti padatnya jadwal kegiatan
kuliah/ praktikum, image organisasi di media sosial yang kurang baik, sifat
pragmatisme mahasiswa yang hanya bertumpu pada nilai semata, larangan orang
tua, minimnya dorongan dari dosen-dosen di kampus, dan kurangnya branding/sosialisasi
organisasi dikampus maupun tidak ada prospek menggugah yang di tawarkan dalam
organisasi (ketinggalan jaman).
jika mundur sedikit melihat para reformis
dan para pemrakarsa besar di indonesia sebagian besarnya mereka lahir dari
rahim organisasi, bahkan para politisi ulung, ekonom besar , guru progresif dan
lainnya latar belakangnya kebanyakan memiliki rekam jejak berorganisasi ketika
di bangku kuliah, lantas saat ini mahasiswa dihadapkan oleh fenomena yang tidak
biasa, organisasi semakin ditinggalkan dan ketinggalan.
Ketika diskusi dengan beberapa fungsionaris
maupun anggota organisasi didalam kampus semakin banyak persoalan yang di
jabarkan terkait menurunnya minat ikut organisasi di berbagai kampus, seperti Lahirnya
program MBKM, eksistensi organisasi dalam kampus kian redup sebab take&give
yang didapatkan lebih minim, MBKM dikira lebih menguntungkan karena disuplai dengan
pendanaan dan terkesan banyak, berbeda dengan organisasi lainnya, meminta
pendanaan program kerja saja sulit dan turunnya lama, kira-kira begitu.
Oleh karenanya eksistensi beberapa
organisasi kampus dikalahkan dengan program-program pemerintah yang saat ini
lebih menguntungkan, terlampau banyak program yang ditawarkan dengan ganjaran
yang banyak pula tentu sangat diminati mahasiswa, selain pendanaan mudah dan
besar bahkan mata kuliah bagi yang mengikuti bisa di konversikan jika lolos, melirik
hasil survey LPMSolidaritas tentang peminat organisasi dan MBKM kian terlampau
jauh, minat Organisasi 20,5 % sedangkan minat MBKM 79,5 % hal ini karena
tawaran yang lebih menggiurkan seperti penjelasan di atas.
Organisasi sejatinya membutuhkan regenerasi
demi sustainablitynya berada dalam kekhawatiran, karena sumber daya manusia
merupakan persoalan fundamental jika berbicara tentang organisasi, selain MBKM ada juga problem
terkait berkurangnya minat mahasiswa yaitu politisasi reqruitmen sampai
intervensi ekternal dalam berjalannya kegiatan organisasi didalam kampus, hal
itu disampaikan oleh beberapa narasumber/teman diskusi dari beberapa kampus,
maka tidak heran kalau operasional organisasi didalam kampus menjadi barang
yang ditakuti oleh mahasiswa awam, sejatinya ada Ketua di atas Ketua dan ada
MPO di atas MPO(majelis pengawas organisasi).
Persoalan organisasi saat ini semakin
kompleks diterpa berbagai problematika tertentu, namun untuk melanjutkan
estafet kepemimpinan dan regenerasi organisasi di kampus perlu langkah-langkah
strategis, Fakta saat ini tidak boleh dibiarkan berlarut dengan alasan tanpa
solusi, maka sudah saatnya para fungsionaris organisasi merekonstruksi kembali
konsep untuk menarik minat mahasiswa yang disebut-sebut gen Z dewasa ini.
Sedikit banyaknya langkah-langkah yang
perlu di tawarkan adalah melakukan pembaharuan organisasi yang sejalan dengan
situasi dan kondisi mahasiswa saat ini, memutus rantai feodalisme maupun
senioritas dalam organisasi, membangun sinergitas antar lembaga dan otoritas
untuk mengembalikan citra organisasi dalam kampus dengan memberikan reward bagi
yang mengikuti baik berupa sertifikat maupun legal standing yang dapat
dikonversikan ke mata kuliah, meningkatkan nilai tawar dan menjamin kebutuhan
yang didapatkan oleh fungsionaris maupun anggota organisasi.
Mengutip dari Eno Bening, seorang social
media strategist bahwa ada 3 hal yang dilirik sebelum masuk dalam organisasi
yaitu pengembangan skil dan sofskil yang ditawarkan, relasi yang didapat, dan
prestasi dari organisasi yang akan diikuti, maka perubahan itu tidak hanya
tentang konsep menarik minat mahasiswa ikut organisasi, akan tetapi
fungsionaris juga perlu membangun prestasi dan nilai tawar dalam organisasi
yang ada. Dijaman serba digital Semakin mudah akses untuk menilai suatu
organisasi’ sejatinya para fungsionaris harus lebih progresif untuk melahirkan aksi nyata organisasi dan
rekam jejak prestasi-prestasi positif pencapaiannya.
Moctar lubis seorang sastrawan dalam
bukunya yang berjudul manusia indonesia menyebutkan salah satu ciri orang
indonesia itu’ enggan mengemban tanggung jawab, maka dengan adanya instrumen
perubahan melalui organisasi, upaya mahasiswa saat ini adalah memutus akar
Apatisme yang semakin meraja lela dikampus-kampus, boleh kata kalau pergerakan
organisasi staknan tetapi tidak bisa dikatakan mati!
Dilansir dari laman http://publikasiilmiah.ums.ac.id, sesungguhnya
banyak yang didapatkan oleh mahasiswa ketika mengikuti organisasi kampus, 1.
Melatih leadership, 2. Membangun jiwa sosial dan solidaritas, 3. Mampu
menyelesaikan problem solving dan manajemen konflik, 4. Memperluas relasi, 5.
Mendapat pengalaman berharga dan sebagainya. secara teoritis mungkin bisa
didapatkan dalam ruang kelas, namun prakteknya hanya ada didalam organisasi. Prinsip
Agen of Change harus di aktifkan’ fungsi harus di topang dan indahkan sehingga
layak disebut sebagai Mahasiswa.
Nilai kepemimpinan, manajemen , dan
organisasi secara teoritis harus lebih dimatangkan guna mendorong wawasan para
organisatoris di kampus, aktualisasinya harus di revitalisasi kembali, para
fungsionaris organisasi sudah seharusnya hijrah dan kemungkinan akan sering
hijrah dalam hal merubah sistem dan tatanan pengelolaan organisasi karena
perubahan di jalan digitalisasi ini tidak bisa di pastikan, pembacaan dan
kajian untuk arah baru dalam upaya membaca pergolakan mahasiwa secara berkala
harus konsisten, karena ia lebih cepat daripada pertumbuhan rambut seorang
bayi, cara berpikir mahasiswa terpapar pengaruh media sosial yang cendrung
memberi dampak negatif ketimbang positifnya.
Hanya satu kata untuk para fungsionaris di
setiap insitusi organisasi yaitu, ‘BERBENAH’ kata yang paling seksi dan mahal
di situasi dan kondisi yang komplek dewasa ini, hanya organisasi jalan menuju
perubahan dan membentuk karakter mahasiswa yang progresif dan adaptif
selebihnya hanya bonus maupun keuntungan tak terduga.
0 Comments