Opini yang baru saja penulis publish ternyata mendapatkan feedback yang baik dari para pembaca, banyak komentar yang mengamini situasi dan kondisi permasalahan yang penulis angkat didalamnya, artinya degradasi minat dan ghirah organisasi ternyata tidak hanya di kota belajar penulis saja, melampaui itu’ berbagai pandangan dijabarkan oleh beberapa orang yang melihat tulisan itu, gaya-gaya licik dan monopoli penguasaan organisasi dalam kampus ternyata sudah mengakar, terkesan tragis tapi itu logis.
Mahasiswa awam yang ingin berproses awalnya
ingin meng-upgrade kapasitas diri dan mengembangkan softskill didalamnya
mirisnya tidak mendapatkan yang mereka inginkan, banyak prosedural yang amoral
mesti ditaati, sampai akhirnya terikut oleh arus kelicikan didalamnya dan
kadang kala harus menjadi domba ternak’ dipelihara untuk di kuras tenaga dan
pikirannya demi berbagai kepentingan.
Permasalahan ini terlampau lama didiamkan,
mungkin para pembaca sekalian pun mengetahui dan sadar tentang persoalan saat
ini, tetapi unsur feodalistik sudah mendarah daging di setiap pikiran manusia
indonesia, lagi-lagi seperti ulasan Mochtar Lubis dalam bukunya manusia
indonesia. Maka hanya ada 2 hal dalam pikiran mahasiswa’ antara tekanan dan
ketakutan, kemerdekaan sebagaimana yang di jelaskan dalam NDP 3 (Kemerdekaan
Manusia dan Keharusan Universal) karya Nurcholish Madjid dkk, hanya dirasakan
oleh mereka yang memiliki prinsip dan keberanian memadai, naasnya kebanyakan
terhenti dalam ketakutan lalu terjebak dalam kepasrahan.
Mengutip buku Pengantar Perubahan Sosial
karya Soerjono Soekanto dijelaskan bahwa ada 2 unsur yang membangun karakter
manusia yaitu Lingkungan dan Keadaan Ekonomi, oleh karena itu tidak semua
mahasiswa mampu menegakkan kebenaran dan melawan arus keruhnya air limbah pabrik.
Setiap sudut daerah memiliki suku dan prinsip mendidik yang bervariasi,
sehingga mental maupun karakternya berbeda-beda. Mengutip dari Nurcholish
Madjid dalam bukunya Islam Universal bahwa persatuan indonesia sejatinya harus
dengan Pluralitas’ jangan menjadi spritual magis’ sebab berbahaya, akibatnya
Fanatisme dan apatisme.
Sifat kritis mahasiswa harus absolut
bersifat independen, berkiblat pada otoritas tertinggi’ Allah SWT. Sehingga
tolak ukurnya harus bertumpu pada kebenaran tanpa terkecuali, intervensi harus
dipertimbangkan sedetail mungkin, keberpihakannya harus di kaji lalu
dipertanyakan, misi manusia sebagai khalifah fil ardi mesti di pegang teguh,
Organisasi membutuhkan Pemimpin yang berani mengambil keputusan dan ketegasan
terkait keberpihakan.
Ghirah organisasi sebagaimana ditulisan
pertama disebut mengalami staknasi. Oleh karena itu sebagai organ yang utuh dan
kokoh, perjuangan didalamnya untuk menciptakan arah baru memerlukan perjuangan 2 arah, setiap poros
harus saling mendorong dan melengkapi, mengutip perkataan Che Guevara’’kita
Tidak berhak untuk percaya bahwa kebebasan dapat dimenangkan tanpa
perjuangan’’. Diperkuat oleh Muhammad Roem” Leiden Is Lijden” memimpin adalah
Menderita”. Segenap Pemimpin disetiap organisasi terpapar permasalahan di atas
mesti mengambil langkah Radikal, bersihkan atau membiarkan penyakit tersebut
menjamur dan meluas.
Kampus sebagai miniatur negara yang
didalamnya terdapat struktural birokrasi sudah semestinya memastikan seluruh
lembaga-lembaga didalamnya streril dan berjalan lancar, lagi-lagi penulis mengulang
kembali bahwa organisasi merupakan instrument terpenting untuk mendorong dan
memperlajari dunia luar setelah lulus nantinya. Saat ini birokrasi pun acuh tak
acuh melihat kondisi dan situasi yang ada, Sumber Daya Manusia yang unggul sejatinya kebanyakan
mereka yang sudah melewati proses berorganisasi. Oleh karena itu dorongan dari
setiap pihak harus berpartisipasi dan bersama-sama berbenah untuk
melahirkan Ghirah organisasi dan tatanan
miniatur negara yang produktif, Itu merupakan kunci!
Segala persoalan diatas tidak bisa dianggap
enteng, karena tidak hanya dialami satu maupun dua institusi universitas,
tanggung jawab bersama harus di ikrarkan, sifatnya kolektif kolegial. Mereka
yang mengerti harus bergerak dan bertindak, sedangkan mereka yang masih
mempertahankan budaya dan tradisi kolot demikian harus di lawan! Terkesan Provokatif
tetapi ini Fakta, perubahan harus terus dilakukan demi kemaslahatan dan kepentingan
umum. Jantung dari perubahan adalah keberanian dan kepekaan, indrawi sebagai
nikmat dari tuhan harus dipergunakan sebaik mungkin.
Permasalahan tidak akan ada hentinya
penyelesaiannya juga harus beriringan, keseimbangan tetap harus dirawat jika
tidak ia bisa jadi berat sebelah, kerena permasalahan akan menumpuk tanpa
penyelesaian, manusia dengan kenisbiannya menjadi alasan mengapa kesadaran
kolektif diperlukan, mereka yang hanya diam setelah membaca tulisan ini kiranya
perlu membaca NDP 3 tentang keharusan
universal kembali.
Sebagai manusia yang menghendaki
kesempunaan ciptaan tuhan untuk menjadi Insan Kamil, maka antara perkataan dan
tindakan harus berjalan seimbang’ tumpuan langkah dan pergerakan semerta-merta
harus berlandaskan kebenaran, segala sesuatu yang salah dalam operasional dalam
organisasi harus dirombak kembali, asasnya dikembalikan, tujuannya
diperuangkan, sterilitasnya di perketat.
Apabila engkau berpikir untuk bangkit, bisa
jadi engkau akan lebih dalam mengenal yang namanya perjuangan. Bergerak bersama
mencapai tujuan adalah satu diantara filosofi mahasiswa terbaik.’’ Suarakan
arah baru untuk organisasi mahasiswa yang lebih profuktif. Jangan mewarisi
abunya sumpah pemuda, tapi kita harus mewarisi apinya sumpah pemuda’ bangkit
dari ketakutan dan tekanan yang tidak berdampak baik untuk masa depan
organisasi, tetapi intisarinya terletak pada pengetahuan dan pengamalannya, sebab
ilmu tanpa amal adalah omong kosong dan amal tanpa ilmu adalah kesesatan… Hidup
Mahasiswa! Panjang Umur Perjuangan.
0 Comments