Bismillah...
Pemerataan
pendidikan dan upaya membangun merdeka belajar masyarakat di seluruh penjuru
indonesia sampai saat ini terus bergerak, program yang di usung oleh kementrian
pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) yang identik dengan nama pak nadiem
makarim sebagai ketua. Dalam hal ini bisa dilihat dari banyaknya program yang
mendukung pemerataan pendidikan diawali dengan kampus merdeka mengharapkan seluruh masyarakat indonesia
dapat merasakan pendidikan yang ideal, tentu program ini adalah hasil dari
kolaborasi antara mentri pendidikan dengan instansi kampus dan mahasiswa yang bekerjasama dalam
memecahkan problematika pendidikan yang ada di indonesia baik dari segi
kurikulum, infrastrukr sekolah, dan SDM keguruan.
Indonesia
Sebagai negara yang memiliki tujuan mencerdasakan bangsanya, patut menjadi
titik fokus pemerintah dalam upaya mencapai tujuan itu adalah dengan memperkuat
sistem pendidikan yang ada di indonesa, tentu perlu merekonstruksi kembali
sistem dalam pendidikan baik itu secara internal maupun eksternal, karenanya
hal yang perlu di lakukan adalah membangkitkan kembali kesadaran masyarakat
indonesia tentang pentingnya pendidikan, tentu yang kita bicarakan dalam hal ini
adalah SDMnya, nah kemudian yang perlu kita perhatiakan kembali adalah
pemerataan pendidikan di pelosok pedesaan yang kadang sekolah pun belum masuk
dan pendidikan anak-anak di pelosok itu menjadi terhambat, solusi dalam
problematika ini pertama adalah harus ada kerjasama pemerintah, pemuda(mahasiswa)
dan masyarakat, sebab 3 elemen ini tidak bisa di pisahkan dalam hal problem
pendidikan,
Paulo
Preire seorang ilmuan asal brazil sekaligus filsuf pendidikan, dalam bukunya berjudul
“Pendidikan Kaum Tertindas” mengatakan bahwa jika ingin keluar dari pendidikan
tertindas ada 3 kesadaran yang harus kita pupuk dalam diri setiap individu’ 1
kesadaran magis, kesadaran normatif, kesadaran kritis,
1.kesadaran magis adalah
kesadaran para pelajar sampai dengan pengajar yang terjebak dalam paham-paham
status quo (mitos), artinya pemikiran yang dianut masih sempit dan percaya pada
mitos-mitos nenek moyang terdahulu
2. kesadaran normatif
kesadaran yang berangkat dari paham yang mulai modern yang tidak terpengaruh
pada paham mitos namun hanya sekedar mengetahuinya dan tidak mencari solusi dan
tidak berpikiran untuk merubahnya
3. kesadaran kritis adalah
kesadaran yang seharusnya dimiliki semua pelajar dan pengajar dengan artian
mampu untuk menganalitis sebuah hal, memberi solusi dan berupaya menjadi mesin
control sehingga bisa menghasilkan perbahan dan ide/gagasan baru terbarukan.
Dari
3 aspek kesadaran tersebut bisa dilihat sudah sampai mana kesadaran yang dimiliki bangsa indonesia? Penulis tidak
bermaksud mengukur keadaran yang dimiliki para pembaca akan tetapi keadaran
dalam pendidikan sangat urgen, dalam hal ini bisa diukur bahwa tidak selamanya
kerancuan sistem pendidikan itu disebabkan oleh gagalnya pemerintah dalam menyusun
sistem, tetapi ditarik kembali individu pelajar maupun pengajar menjadi final
tolak ukur keberhasilannya memahami sistem.
Oleh
karena itu perlu memperhatikan kembali pernyataan yang tertera di UUD 1945 cita
cita negara yang ingin “mencerdaskan kehidupan bangsa” tidak heran maka UUD
1945 yang menjadi fundamental negara sudah mendasari pendidikan. lantas mengapa pendidikan di indonesia belum
merata?
Mungkin ini yang menjadi
refleksi bersama mengapa dari tahun 1945 sampai saat ini pemerataan pendidikan
belum selesai, namun fokus penulis bukan disitu tetapi bagaimana mencari solusi
apa yang harus di lakukan saat ini. untuk itu penulis menawarkan beberapa hal.
Mendorong Pemerataan
dan Pembenahan Sistem Pendidikan sampai
ke Pelosok Desa
Langkah
awal yang harus dilakukan pemerintah dalam mencapai merdeka belajar tentu turun
untuk memperhatikan kembali bagaimana situasi pendidikan baik di kota sampai
pelosok desa terkhsus di pelosok desa’ apakah pemerataan sudah ideal baik
secara bangunan infrastrukr sekolah sampai dengan sistem internal dan eksternal
pendidikanya, sebab beberapa sekolah tidak bisa kita pungkiri banyak yang belum
terpenuhi secara internalitas sampai eksternalitasnya, artinya beberapa sekolah
terpenuhi secara infrastruktur namun tidak dengan sistem internalnya, sebaliknya
ada beberapa sekolah terpenuhi secara internal maupun ekternal namun tidak
terpenuhi infrastrukrturnya bahkan ada beberapa sekolah tidak terpehuhi
keduanya, hal-hal semacam ini perlu di kaji lebih dalam, dan dijadikan titik
fokus demi membangun SDM yang unggul dan berkompenten, namun yang menjadi
perpanjang tangan pemerintah sampai kesitu adalah mahasiswa, makanya seperti di
disebutkan di atas pemerintah harus melihat bahwa peran dan fungsi mahasiswa
diperlukan dalam hal ini,
Mahasiswa
sebagai agen perubahan dan jembatan antara masyarakat dan pemerintah dan sifat
independent yang di miliki harus mampu lebih kritis mengenai hal ini, saat ini
program kampus merdeka mengarah pada metode komunikasi yang baik dalam
membangun partisipasi mahasiswa ikut dalam rangka membenahi bersama, pemerataan
dan sistem pendidikan masih banyak yang tidak terarah sesuai ketentuan
kurikulum yang di tetapkan, maksud disini implementasinya, ada beberapa yang
tidak mengena, dalam hal ini Kampus Merdeka menjadi langkah baik untuk menjadi
solusi saat ini dan tentunya ada hal-hal baru lain juga diperlukan untuk lebih
baik dalam menyejahterakan pendidiakn dengan melalui pemerataan dan pembenahan
sistem pendidikan terkhsus di desa yang masih banyak yang belum terukur dan
terarah.
Harapannya
bagaiamana sistem ini tetap berjalan dengan bertambahnya inovasi baru dan
kreatifitas mahasiswa yang mendorong pertumbuhan pendidikan dan terus ikut
dalam hal mencerdaskan bangsa indonesia yang kaya akan sumber daya manusia (SDM)
dan sumber daya alam (SDA) sehingga revitalisasi ini dapat mengubah pola pikir
masyarakat dan mampu memperdayakan kekayaan melimpah yang dimiliki negara
indonesia ini.
Mensosialisasikan pentingnya
Pendidikan Formal maupun Non Formal bagi Masyarakat
Sosialisasi pentingnya pendidikan harus dilakukan oleh
segenap fungsionaris yang terkait, doktrin-doktrin pentingnya pendidikan di
seluruh penjuru harus di bangun kembali dengan harapan niat bersekolah harus
lebih tinggi, menurut data indeks pendidikan di indonesia beberapa terjadi penurunan
tingkat masyarakat yang mengampuh pendidikan baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA. Hal
semaca ini seharusnya menjadi catatan penting dalam dunia pendidikan, data
tersebut bisa dilihat di indeks penurunan pendidikan di indonesia, tercatat
sebagai pendidikan formal di indonesia artinya indonesia kecolongan angka
sedikitnya masyarakat yang paham bahwa pendidikan itu penting. Jepang indeks
pendidikannya selalu meningkat begitupun negara eropa maupun barat, tentu
sangat miris apabila indeks pendidikan formal saja sudah mulai di abaikan
maupun rasa untuk mengemban pendidikan sudah memudar, maka pemerintah yang
memilikii otoritas dan bertugas untuk mengawasi dan membenahi semacam ini harus
di ketatkan kembali dan di uji kembali jangan sampai kekurangan ini terus berlanjut
dan tidak terdapat pembenahan secara signifikan.
Dilain
sisi melihat dari pendidikan non formal tentu dalam hal ini adalah orang tua, peran
orang tua dalam mendorong anak untuk memahami pentingnya pendidikan harus terus
di awasi karna pengaruh orang tua sangat besar sebab peran orang tua sebagai
madrosatul ula atau sekolah pertama menjadi tolak ukur tingkat pendidikan anak,
baik di tingkat kualitas maupun kuantitas, lantas harapannya adalah pentingnya pengawasan yang ketat
serta program sosialisasi pada orang tua di berbagai penjuru tentang pentingnya
mengamati peran orang tua atau merevitalisasi kembali dorongan orang tua pada
anak, tentu kolaborasi pemerintah dan mahasiswa sebagai senjata penting dalam
hal ini. Harapan ini tak luput kesadaran dalam meningkatkan kepekaan dalam hal
pentingnya pendididkan dan kesiapan sebagai
bangsa yang cerdas dan cita-cita negara untuk mencerdaskan bangsa
indonesia, tentu hal yang perlu dibangun
adalah kesadaran kritis setiap individu maupun kelompok sebab antara
masyarakat-mahasiswa-pemerintah adalah kunci dalam keberhasilan cita-cita ini,
akan cacat apabila satu elemen dari ketiga di atas tidak bekerja dan
mengindahkan program yang di usung sebab semua akan berjalan atas kesiapan dan
kepekaan bersama.
Memperluas jejaringan internet dan edukasi
tentang teknologi digitalisasi
Teknologi kian semakin berkembang, tentu
tidak akan bisa di bendung dan akan terus berkembang terkhusus di bidang
digitalisasi, bisa di buktikan dengan sesuatu yang sudah bisa di akses dengan mudah
melalui digital dan perpindahan dari sistem manual ke sistem yang lebih cepat
dan mudah yaitu otomatisasi, beberapa aspek sudah dirasakan seperti sapu dengan
sistem robot, memanaskan air panas dengan aliran listrik Dll, namun kali ini
fokus penulis adalah pada aspek pendidikan, saat corona virus masuk ke
indonesia sistem pendidikan sudah berubah melalui via zoom dengan menggunakan
bebearapa aplikasi yang di digunakan untuk mendukung program pembelajaran namun
perubahan kebiasaan ini sedari awalnya tatap muka menjadi online masih belom
optimal artinya tidak butuh waktu lama untuk mencoba kebiasaan baru ini,
seiring berjalannya waktu kebiasaan ini menjadi hal lumrah, tetapi apakahadaptasi
ini di rasakan di desa-desa? Tentu perlu dikaji kembali bagaimana jaringan di
desa? ‘bagaiaman digital edukation di desa? dan aspek lainnya.
Mengutip dalam bukunya yuval noah
harari seorang ilmuan muda yahudi dalam bukunya 21 lesson mengatakan bahwa’ kita
berupaya untuk mengimbangi laju teknologi sampai kita lupa bahwa seharunya yang
di imbangi adalah bagaimana kita dapat beradaptasi dengan teknologi dan
penggunaannya, saat ini kita berada di era 5.0 kecepatan teknologi sudah
secepat kilat otomatisasi semakin mendominasi aktivitas keseharian manusia,
lalu kembali pada fokus awal apakah semua masyarakat terkhsus di desa sudah
merasakannya? Hal semacam ini perlu untuk di perhatikan artinya perlu upaya
untuk pemerataan jejaringan di desa-desa begitupun edukasinya, cakupan internet
harus meluas sejalan dengan luasnya peta indonesia, sehingga seluruh masyarakat
dapat merasakannya, saat ini tidak usah heran apabila masih banyak dari siswa
sampai masyarakat yang GAPTEK(gagap teknologi) karna edukasi yang minim dan
perluasannya belum sampai ke beberapa desa,
Solusi yang di butuhkan tentu
bagaiamana cara membangun sistem digitalisasi dan edukasi penggunaan teknologi
khususnya internet adalah dengan memperbanyak pelatihan tentang teknologi dan
kalau bisa pelajaran tentang internet di masukkan pada mata kuliah wajib agar
semangat siswa sampai masyarakat dalam belajar teknologi bertumbuh dan tidak
monoton hanya membuka media sosial, game dan yuotube. Rugi kiranya apabila
dijaman yang serba otomatis tetapi kita masih asing dengan keadaan saat ini,
artinya secara pelan-pelan kita harus beradaptasi dengan teknologi, baik di
bidang mesin, digitalisasi dan peralatan sistematis. Pendidikan adalah alasan
mengapa penggunaan teknologi yang terukur dan terarah akan menuai dampak yang
baik sehingga begitupun sebaliknya apabila penggunaan teknologi hanya monoton
media sosial dan kesenangan semata artinya blom bisa dikatakan pengguna yang
cerdas dan masih jauh apabila ingin di katakan mampu beradaptasi dengan laju
perkembangan teknologi akan tetapi lebih cocok di katakan terjebak dalam arus
laju teknologi.
Beberapa
pandanagn yang penulis tawarkan adalah berdasarkan buah hasil pemikiran penulis
sendiri dan berangkat dari analisa singkat penulis sehingga masih banyak kurangnya tetapi bagaimana
kekurangan itu terus ditambah dan di beri solusi yang lebih baik oleh
teman-teman lainnya semoga bermaanfaat sekian dan terimakasih
0 Comments